Kota Batavia lama (oud Batavia) wilayahnya tidaklah begitu luas. Dahulu, kota dikelilingi tembok dan parit. Luasnya dari daerah sekitar Menara Syahbandar di Pasar Ikan sampai Jl. Asemka - Jl. Jembatan Batu sekarang. Rencana kota Batavia ini dirancang oleh Simon Stevin atas permintaan dewan pemerintah VOC di Belanda (1618). Dalam benak JP. Coen, Batavia akan dijadikan ibukota suatu kerajaan perdagangan raksasa dari Tanjung Harapan sampai Jepang dengan orang Belanda yang memonopolinya. Ia juga memerintahkan untuk membangun Galangan Kapal dan rumah sakit, berbagai rumah penginapan dan toko (di P.Ontrust), dua buah gereja (di dalam dan di luar benteng) dan sebuah sekolah (tidak jelas lokasinya)
Adapun pusat kotanya adalah bekas Balai Kota, kini Museum Sejarah. Bangunan bertingkat dua yang menjadi pusat kota lama itu diselesaikan pada 1712. Namun, dua tahun sebelumnya telah diresmikan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck (1653-1713). Tentang bangunan itu sendiri sebetulnya merupakan Balaikota kedua dari Balikota pertama yang lebih kecil serta sederhana dan didirikan pada 1620 serta hanya bertahan selama beberapa tahun.
Pada bulan Agustus 1816 Balai Kota menjadi tempat peristiwa bersejarah: Sir John Fendall mengembalikan Hindia kepada Belanda, sehingga berakhirlah pemerintahan sementara Inggris (1811-1816). Pada tahun 1925 gedung Balaikota ini menjadi kantor pemerintahan Propinsi Jawa Barat sampai Perang Dunia II. Pemerintah kotapraja Batavia pindah ke tempatnya sekarang di Medan Merdeka Selatan di samping gedung bertingkat Pemerintah DKI Jakarta sekarang. Seusai Perang Dunia II, gedung Balai Kota itu dipakai sebagai markas tentara (Kodim 0503). Sewaktu Ali Sadikin menjadi gubernur, gedung dipugar dengan sangat baik, dan sejak 1974 menjadi Museum Sejarah Jakarta.
Masih penasaran ? baca selengkapnya
0 comments:
Post a Comment